"di hati tak ada puisi, di sergap sunyi"
bisik suara menyadarkanku.
detik-detik kemudian,
beribu tanya berkecamuk di hati.
"benarkah, jiwaku sesunyi itu ?"
lalu,
perlahan-lahan, ku usir rasa itu.
tapi, suara masih menghantui
di malam-malam, saat ku sendiri.
aku sedih,
terpuruk disergap sunyi
sendiri, tiada arti.
"Yogyakarta, 26 Januari 2009"
Jam 3.55 WIB
Minggu, 25 Januari 2009
Pelangi
Bismillaahirrohmaan nirrohim
(dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang)
Ya Robb, ampunilah dosa kedua orang tua ku
Ibu
ibu
ibu,
dan bapakku. serta saudara-saudara ku.
Selamatkanlah kami dari azab-Mu.
Peliharalah kami dengan cahaya-Mu. Jika Engkau ambil matahari dari kami dan awan kelabu Engkau izinkan singgah, maka datangkanlah pelangi agar memberi warna dalam kehidupan kami. Amien....
(dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang)
Ya Robb, ampunilah dosa kedua orang tua ku
Ibu
ibu
ibu,
dan bapakku. serta saudara-saudara ku.
Selamatkanlah kami dari azab-Mu.
Peliharalah kami dengan cahaya-Mu. Jika Engkau ambil matahari dari kami dan awan kelabu Engkau izinkan singgah, maka datangkanlah pelangi agar memberi warna dalam kehidupan kami. Amien....
Di Ujung Senja
Nafasmu menyeruak hingga senja
Menatapku sesal tanpa, sayang ada
Oh...., di penghujung senja mu,
Aku akan selalu ada
Ibu,
Bulir-bulir kristal bergulir, di sudut pelita mu
di tengah malam, hening sunyi senyap sepi sendiri
Beradu kasih bersama Kekasih
Lalu...
Aku terjaga olehnya
Oh bidadari cinta-ku
Takutkah engakau ?
Saat aku tumbuh, ingin berbunga
Saat aku melangkah, salah ada ?
Ibu, bidadari cinta-ku
Tiada benci tercipta
Walau mata air mata mengalir ada
Karnaku,
Ku pahami rasa mu tanpa kau ucap
Menyeruak rindu, malam beradu
Sunyi sepi, pedih mengoyakku lalu
Saat sebesit luka mencipta
Karnaku, menerjangmu
Sedihmu, lukamu...
Kan ku obati dengan lakuku
Kini
Nanti
Di penghujung sepi ada cinta di dalam cinta
Tuk sapa kau, bidadari cinta-ku
Menatapku sesal tanpa, sayang ada
Oh...., di penghujung senja mu,
Aku akan selalu ada
Ibu,
Bulir-bulir kristal bergulir, di sudut pelita mu
di tengah malam, hening sunyi senyap sepi sendiri
Beradu kasih bersama Kekasih
Lalu...
Aku terjaga olehnya
Oh bidadari cinta-ku
Takutkah engakau ?
Saat aku tumbuh, ingin berbunga
Saat aku melangkah, salah ada ?
Ibu, bidadari cinta-ku
Tiada benci tercipta
Walau mata air mata mengalir ada
Karnaku,
Ku pahami rasa mu tanpa kau ucap
Menyeruak rindu, malam beradu
Sunyi sepi, pedih mengoyakku lalu
Saat sebesit luka mencipta
Karnaku, menerjangmu
Sedihmu, lukamu...
Kan ku obati dengan lakuku
Kini
Nanti
Di penghujung sepi ada cinta di dalam cinta
Tuk sapa kau, bidadari cinta-ku
Rasa Itu Ada
Rasa itu benar-benar ada, aku pernah merasa malu sunguh benar-benar malu.
Saat kilau mahkotaku ku-urai, di ujung mata setiap orang yang memandangku. Dan membiarkan sorot tajam sang surya mencemoohku dengan biasa sinarnya. Aku amat sangat malu saat beriringan atau bertatap muka dengan muslimah yang nampak cantik nan elok dengan balutan jilbab. Hingga dalam kubanggan sembilanbelasku, ku mantapkan berhijab karna-Mu. Karna aku malu pada-Mu.
Ya Robb, cintailah aku..
Sayangilah aku..
Siramilah aku dengan cahaya-Mu
Tanpa-Mu
Aku, dirasuk rindu.
Senyap sepi sendiri
Tanpa-Mu
Aku hilang arah.
Aku malu, dengan semua kesalahnku
"dan rasa itu, benar-benar ada"
Saat kilau mahkotaku ku-urai, di ujung mata setiap orang yang memandangku. Dan membiarkan sorot tajam sang surya mencemoohku dengan biasa sinarnya. Aku amat sangat malu saat beriringan atau bertatap muka dengan muslimah yang nampak cantik nan elok dengan balutan jilbab. Hingga dalam kubanggan sembilanbelasku, ku mantapkan berhijab karna-Mu. Karna aku malu pada-Mu.
Ya Robb, cintailah aku..
Sayangilah aku..
Siramilah aku dengan cahaya-Mu
Tanpa-Mu
Aku, dirasuk rindu.
Senyap sepi sendiri
Tanpa-Mu
Aku hilang arah.
Aku malu, dengan semua kesalahnku
"dan rasa itu, benar-benar ada"
Saat Maaf Tak Terlafal
'Maaf', memberi maaf memang tak semudah saat kita mengucapkan.
Apalagi terhadap orang yang pernah menyakiti hati kita.
Membuat kita hancur, sedih, terpuruk, bahkan jauh dari diri kita sendiri.
Tapi, hanya dengan memberi maaf yang benar-benar tulus dari lubuk hati kita.
Luka yang tergores akan terobati dan kembali kesediakala. Bukankah Allah Maha Pemaaf ?. Jadi, kenapa kita manusia yang sangat kecil di hadapan Allah sangat sombong ?. 'maaf itu indah'
Apalagi terhadap orang yang pernah menyakiti hati kita.
Membuat kita hancur, sedih, terpuruk, bahkan jauh dari diri kita sendiri.
Tapi, hanya dengan memberi maaf yang benar-benar tulus dari lubuk hati kita.
Luka yang tergores akan terobati dan kembali kesediakala. Bukankah Allah Maha Pemaaf ?. Jadi, kenapa kita manusia yang sangat kecil di hadapan Allah sangat sombong ?. 'maaf itu indah'
Peta Impian
Pada siapa ku bercerita tentang impian ?
Saat bunga tak lagi menebar bau sayang.
Saat kemarau menyulam gersang
Saat purnama tampak muram.
Ingin ku tutup hari, lalu pergi...!!
Tapi, ada ikatan halus terjalin di hati
Menjeratku, agar tak pergi
Masih ku tunggu,
Saat waktu tak enggan lagi pada-ku
Menebar bau sayang
Menyirami ku dengan hujan
Dan purnama tersenyum memancar
Lalu ku coba, tetap berlayar
Membawa berlapis-lapis cinta
Tuk obati gersang, agar karam
Di penghujung jalan.
Hingga prahara kebisuan jua yang melepaskan aku
pergi ke peraduan jiwa, membuatku tersenyum pada peta.
Saat bunga tak lagi menebar bau sayang.
Saat kemarau menyulam gersang
Saat purnama tampak muram.
Ingin ku tutup hari, lalu pergi...!!
Tapi, ada ikatan halus terjalin di hati
Menjeratku, agar tak pergi
Masih ku tunggu,
Saat waktu tak enggan lagi pada-ku
Menebar bau sayang
Menyirami ku dengan hujan
Dan purnama tersenyum memancar
Lalu ku coba, tetap berlayar
Membawa berlapis-lapis cinta
Tuk obati gersang, agar karam
Di penghujung jalan.
Hingga prahara kebisuan jua yang melepaskan aku
pergi ke peraduan jiwa, membuatku tersenyum pada peta.
Untaian Cinta Untuk Ibu -dalam perjalananku-
Dekat sumber air
Malam menyulam cerlang
Berkata-kata penuh pesona tak memperdaya !!
Lalu ibu datang, memberi cahaya
Dalam besit ingatan tak merapuh walau jauh...
Dua jiwa satu tubuh
Tersenyum dirasuk rindu piluh
Namun, teduh sendu matamu...
Membawa obat untuk ku
Ibu... !!
Ku sertakan untaian bait mu
Dalam perjalananku
Tuk jaring cakrawala kehidupan
kelak kan ku dekap sayang
Engkau ibu,
Dengan untaian cinta di dalam cintaku
Walau ku tahu, tak akan mampu lunasi hutangku padamu
Malam menyulam cerlang
Berkata-kata penuh pesona tak memperdaya !!
Lalu ibu datang, memberi cahaya
Dalam besit ingatan tak merapuh walau jauh...
Dua jiwa satu tubuh
Tersenyum dirasuk rindu piluh
Namun, teduh sendu matamu...
Membawa obat untuk ku
Ibu... !!
Ku sertakan untaian bait mu
Dalam perjalananku
Tuk jaring cakrawala kehidupan
kelak kan ku dekap sayang
Engkau ibu,
Dengan untaian cinta di dalam cintaku
Walau ku tahu, tak akan mampu lunasi hutangku padamu
Ruang Harap
Ku petik secercah harap
Di ruang pengharap
Saat cahaya pergi
Ada sakit tak terobati...
Tawa sunyi, mampir di sebuah ruang ini
Januari singgah disini
Menawarkan langkah abadi
Tuk mulai menata diri
Andai hidup tak sesederhana ini,
Cahaya tak usah datang dan pergi silih berganti.
Di ruang pengharap
Saat cahaya pergi
Ada sakit tak terobati...
Tawa sunyi, mampir di sebuah ruang ini
Januari singgah disini
Menawarkan langkah abadi
Tuk mulai menata diri
Andai hidup tak sesederhana ini,
Cahaya tak usah datang dan pergi silih berganti.
Cinta di dalam Cinta
Dengan cinta di dalam cinta
Akankah cinta datang ke dalam cintaku dengan cinta ??
Saat kereta pagi beranjak jauh, pergi...
Kala siksa merajam jiwa
Masih ada cinta di dalam cinta
Dengan cinta di dalam cinta
Aku diterjang wangi memudar disini
Lama ku membatu,
Dengan cinta di dalam cinta
Tuk harap ada cinta datang ke dalam cintaku dengan cinta.
Akankah cinta datang ke dalam cintaku dengan cinta ??
Saat kereta pagi beranjak jauh, pergi...
Kala siksa merajam jiwa
Masih ada cinta di dalam cinta
Dengan cinta di dalam cinta
Aku diterjang wangi memudar disini
Lama ku membatu,
Dengan cinta di dalam cinta
Tuk harap ada cinta datang ke dalam cintaku dengan cinta.
Jumat, 16 Januari 2009
Religi
Jilbab
Ada sebesit rindu, menyeruak dalam bongkahan kalbu
Jiwaku diterpa bimbang, melambung dalam kesunyian
Sembilanbelas ku terkubang dalam pencarian,
Mencari-Mu, wahai Kekasih alam
Lalu,
Ku berhijab. karna ingin ku petik cinta dari-Mu
Mengobati rasa rindu dalam sembilanbelas-ku
Menjauhi kubangan fatamorgana, dihamparan ujung mataku.
Bukankah Al Baatin
Lebih mencintai kekasihnya, yang berhijab ?
Menyembunyikan keindahan, mencipta misteri.
Karena Al baatin itu, misteri tersembunyi.
Jarak hanya soal pandang.... !!
Tapi hati selalu menuntut keyakinan.
“Yogayakarta, 17 Januari 2009”
00.55 WIB
Ada sebesit rindu, menyeruak dalam bongkahan kalbu
Jiwaku diterpa bimbang, melambung dalam kesunyian
Sembilanbelas ku terkubang dalam pencarian,
Mencari-Mu, wahai Kekasih alam
Lalu,
Ku berhijab. karna ingin ku petik cinta dari-Mu
Mengobati rasa rindu dalam sembilanbelas-ku
Menjauhi kubangan fatamorgana, dihamparan ujung mataku.
Bukankah Al Baatin
Lebih mencintai kekasihnya, yang berhijab ?
Menyembunyikan keindahan, mencipta misteri.
Karena Al baatin itu, misteri tersembunyi.
Jarak hanya soal pandang.... !!
Tapi hati selalu menuntut keyakinan.
“Yogayakarta, 17 Januari 2009”
00.55 WIB
Langganan:
Komentar (Atom)
